KONSEP IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


1.      Pengertian Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperrawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).Intervensi keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pertimbangan pengetahuan klinis yang bertujuan meningkatkan hasil perawatan klien (Bulechek, Butcher, dan Dochterman 2008).
1.1  Tujuan Implementasi
1.      membantu klien untuk mencapai tujuan yang diinginkan
2.      mencakup dalam peningkatan kesehatan
3.      mencakup pencegahan penyakit
4.      mencakum pemulihan kesehatan
5.      memfasilitasi klien
6.      2.    Proses Berpikir Kritis dalam Implementasi
Sebelum mengimplementasikan intervensi keperwatan, gunakan pemikiran kritis untuk menentukan ketepatan intervensi terhadap situasi klinis. Walaupun implementasi telah direncanakan, perawat tetap berkewajiban melakukan penilaian sebelum melaksanakan implementasi tersebut, karena konsisi klien dapat berubah dalam hitungan menit. Berikut ini adalah beberapa petunjuk yang dipertimbangkan saat pengambilan keputusan tentang implementasi:
§  Tinjau ulang segala kemungkinan intervensi keperawatan yang sesuai dengan masalah klien
§  Tinjau ulang semua kemungkinan konsekuensi pada setiap kemungkinan intervensi keperawatan
§  Pertimbangkan peluang terjadinya kemungkinan konsekuensi
§  Buat keputusan tentang manfaat dari konsekuensi bagi klien
1.      3.    Standar Intervensi Keperawatan
Terdapat sistem yang menyediakan standar intervensi bagi beberapa masalah kesehatan, sehingga perawat dapat menetapkan intervensi secara lebih cepat dan mudah. Jika standar tersebut berbasis pada bukti, maka perawat lebih cenderung memberikan intervensi klinis yang efektif untuk meningkatkan hasil perawatan klien. Intervensi terstandardisasi, tersedia dalam bentuk pedoman klinis atau protocol, petunjuk pelaksanaan dan intervensi Nursing Interventions Classification (NIC).
3.1     Pedoman dan Protokol Praktis Klinis
Suatu pedoman klinis atau protocol merupakan pedoman yang mengarahkan keputusan dan intervensi untuk masalah kesehatan tertentu. Pedoman ini disusun berdasarkan pengkajian bukti ilmiah terbaru dan membantu penyelenggara pelayanan kesehatan dalam mengambil keputusan untuk kondisi klinis spesifik (Nasional Guideline Clearinghouse, NGC, 2006). Contoh pedoman praktik klinis yang disusun oleh kelompok kesehatan nasional adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Nasional Institutes of Helath dan Nasional Guideline Clearinghouse. Pedoman ini tersedia bagi siapapun yang ingin mengadopsi bimbingan yang berbasis pada bukti bagi klien dengan masalah kesehatan spesifik. Contohnya adalah pedoman berbasis bukti untuk mencegah penyakit pada wanita, manajemen diabetes tipe 2, dan pencegahan, deteksi, evaluasi, dan terapi hipertensi (NGC, 2006). Salah satu sumber yang baik pedoman praktik keperawatan adalah Goronological Nursing Interventions Research Center dari University of Iowa. Pusat penelitian tersebut memiliki pedoman klinis untuk kondisi delirium dan kebingungan akut, memandikan individu yang menderita demensia, pencegahan kekerasan pada lansia, dan pencegahan terjadinya dekubitas (GNIRC, 2006).
3.2     Petunjuk Pelaksanaan
Petunjuk pelaksanaan (standing orders) merupakan dokumen yang berisikan perintah pelaksanaan terapi rutin, pedoman pengawasan, dan/atau prosedur diagnostic untuk klien tertendu dengan masalah klinis tertentu pula. Perintah tersebut mengarahkan pelayanan klien pada berbagai tatanan klinis. Petunjuk pelaksanaan biasanya ditemukan pada tatanan perawatan kritis ataupun unit di mana kebutuhan klien berubah dengan cepat dan membutuhkan perhatian sesegera mungkin.
Contoh petunjuk pelaksanaan adalah keterangan tentang pemakaian obat tertentu untuk disritmia sepertiLidokain untuk propranolol. Setelah memeriksa klien dan mengidentifikasi irama jantung yang tidak teratur, perawat unit kritis memberikan obat tersebut tanpa memberitahu dokter terlebih dahulu. Petunjuk pelaksanaan awal berasal dari dokter yang melindungi tindakan perawat tersebut. Petunjuk pelaksanaan juga umum ditemukan pada tatanan kesehatan komunitas, dimana perawat sulit menghubungi dokter dengan segera. Petunjuk pelaksanaan dan protokol klinis memberikan perlindungan hukum bagi perawat untuk melakukan intervensi dengan tepat sesuai kebutuhan klien.
3.3 Intervensi NIC (Nursing Interventions Classification)
Sistem NIC dirancang oleh University of Iowa dan membantu pemisahan praktik keperawatan dari professional kesehatan lainnya. Sistem ini memberikan standardisasi yang meningkatkan komunikasi asuhan keperawatan pada berbagai tatanan dan perbandingan hasilnya. Dengan NIC, perawat mempelajari intervensi yang disarankan untuk berbagai diagnosis keperawatan sesuai kategori NANDA Internasional. Perawat yang mempelajari berbagai aktivitas keperawatan untuk tiap intervensi NIC.
Standar klasifikasi komprehensif  dari campur tangan yang dilakukan perawat. Hal ini sangat berguna bagi dokumentasi klinik, komunikasi sikap peduli yang mencakup peraturan, hubungan antara data yang mencakup system dan peraturan, efektifitas penelitian, ukuran produktifitas, evaluasi kompetisi, pembayaran kembali, dan disain kurikular. Klasifikasi meliputi campur tangan yang dilakukan oleh perawat pada kebutuhahan pasien, baik perseorangan dan kolaboratif semuanya harus berupa keperawatan  lansung dan tidak langsung. Sebuah campur tangan didefinisikan sebagai perlakuan, berdasarkan pendapat dan pengetahuan, yang dilakukan perawat untuk mempertimbangkan pasien atau klaen untuk berhasil dalam tindakan keperawatan.
4. Proses Implementasi
Persiapan proses implementasi akan memasatkan asuhan keperawatan yang efesien, aman, dan efektif.
4.1 Pengkajian Ulang terhadap Klien
Pengkajian merupakan proses kontinu yang terjadi setiap kali perawat berinteraksi dengan klien. Saat mengumpulkan dan mengidentifikasi kebutuhan baru, perawat akan memodifikasi rencana keperawatan. Selain itu, perawat juga memodifikasi rencana saat menentukan kebutuhan kesehatan seorang klien. Langkah ini membantu perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawatan tersebut masih sesuai dengan kondisi klien.
4.2 Meninjau dan Merevisi Rencana Asuhan Keperawatan yang Ada
Setelah mengkaji ulang, lakukan peninjauan pada rencana keperawatan, bandingkan data tersebut agar diagnosis keperawatan menjadi valid, dan tentukan apakah intervensi keperawatan tersebut masih menjadi yang terbaik untuk situasi klinis saat itu. Jika terjadi perubahan status klien, diagnosis keperawatan dan intervensinya, lakukan modifikasi rencana asuhan keperawatan. Modifikasi rencana perawatan tertulis mencakup empat langkah sebagai berikut:
1.      Lakukan revisi data pada kolom pengkajian untuk menggambarkan status klien terkini. Berikan tanggal pada data baru sehingga anggota tim yang lain mengetahui waktu perubahan tersebut.
2.      Lakukan revisi pada diagnosis keperawatan. Hapus diagnosis keperawatan yang telah kehilangan relevansinya, tambah dan berikan tanggal pada diagnosis yang baru.
3.      Lakukan revisi pada intervensi sesuai dengan diagnosis dan tujuan keperawatan yang baru. Revisi ini harus menggambarkan status terkini klien.
4.      Tentukan metode evaluasi untuk menentukan apakah anda telah berhasil.
4.3 Mengorganisasikan Sumber Daya dan Menyampaikan Layanan
Sumber daya suatu fasilitas mencakup peralatan dan personel yang memiliki keterampilan. Organisasi peralatan dan personel akan membuat perawatan klien menjadi lebih tepat waktu, efisien, dan penuh keterampilan. Persiapan pemberian asuhan juga meliputi persiapan lingkungan dan klien untuk intervensi keperawatan.    
4.3.1 Peralatan
Sebelum melakukan intervensi, tentukan alat yang dibutuhkan dan periksan persediaannya. Sediakan peralatan tambahan untuk mengatasi kemungkinan terjadi kesalahan, tetapi jangan membukanya kecuali benar-benar dibutuhkan.
4.3.2 Personel
Sistem yang mengatur keperawatan akan menentukan bagaimana personel keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Sebagai contoh, seorang perawat Registered Nurse (RN) memiliki tanggung jawab yang berbeda di dalam model keperawatan tim dibandingkan model keperawatan primer. Seorang perawat primer bertanggung jawab untuk melayani klien selama dirawat inap. Seorang perawat tim bertanggung jawab untuk melayani klien sesuai dengan giliran jaga. Dalam metode tim, perawat  bertanggung jawab dalam menentukan kapan melaksanakan suatu intervensi atau mendelegasikannya kepada anggota lain.
4.3.3 Lingkungan
Lingkungan perawatan klien harus aman dan kondusif bagi implementasi tarapi. Keamanan klien merupakan prioritas pertama. Klien memperoleh keuntungan intirvensi terbaik saat lingkungannya sesuai dengan kegiatan keperawatan.
4.3.4 Klien
Sebelum melaksanakan intervensi, pastikan klien telah merasa nyaman secara fisik dan psikologis. Buat klien merasa nyaman secara fisik walaupun saat  ada gejala. Mulai setiap intervensi dengan mengendalikan faktor lingkungan, menangani kebutuhan fisik, menghindari interupsi, dan memosisikan klien dengan benar. Juga pertimbangkan tingkat ketahanan klien, dan rencanakan aktiviotas dalam tingkah yang dapat ditoleransi oleh klien.
4.4  Antisipasi dan Pencegahan Komplikasi
Resiko pada klien berasal dari penyakit dan terapi. Sebagai perawat, awasi dan kenali resiko tersebut, sesuaikan intervensi dengan situasi, evaluasi keuntungan terapi terhadap resiko dan akhirnya mulailah tindakan pencegahan resiko. Perawat merupakan pihak pertama yang mendeteksi perubahan kondisi klien. Pada penelitiannya, Benner (1948) menunjukkan bahwa perawat ahli belajar mengantisipasi perburukan klien sebelum tanda diagnostic yang mengonfirmasi hal tersebut timbul.
Pengetahuan perawat tentang patofisiologi dan pengalaman dengan klien sebelumnya akan membantu mengenali resiko komplikasi yang dapat terjadi. Pemeriksaan yang menyeluruh akan menunjukkan tingkat dari resiko klien. Alasan ilmiah mengenai bagaimana intervensi yang benar dapat mencegah komplikasi (misalnya alat penghilang tekanan, reposisi, atau perawatan luka) akan membantu anda memilih tindakan terhadap klien.
4.5  Mengenali Area Asistensi
Sebelum memulai perawatan, tinjaulah rencana untuk menentukan kebutuhan bantuan dan jenis yang dibutuhkan. Sebagai contoh, jika melayani klien dengan imobilitas dan berat badan berlebihan, seorang perawat akan membutuhkan personel tambahan untuk membantu klien berganti posisi dengan aman. Pastikan jumlah dan waktu bantuan yang dibutuhkan sebelumnya. Diskusikan kebutuhan akan bantuan dengan perawat lainnya atau asisten.
Pada situasi dimana perawat diminta memberikan obat baru, mengoperasikan peralatan baru, atau melaksanakan suatu prosedur yang tidak dikenali, ikuti langkah berikut:
§  Cari pengetahuan yang dibutuhkan
§  Kumpulkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk prosedur tersebut.
§  Pastikan kehadiran perawat-perawat yang pernah melakukan prosedur tersebut dengan baik dan benar untuk menyediakan bantuan dan bimbingan.
1.      5.    Keterampilan Implementasi
Perawat membutuhkan tiap jenis keterampilan untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung.
5.1 Keterampilan Kognitif
Keterampilan kognitif meliputi aplikasi pemikiran kritis pada proses keperawatan. Untuk melaksanakan intervensi dibutuhkan pertimbangan yang baik dan keputusan klinis yang jelas. Perawat harus berfikir dan mengantisipasi secara kontinu sehingga dapat menyesuaikan perawatan berbagai konsep dan menghubungkannya sambil mengingat kembali takta, situasi, dank lien yang pernah anda temui sebelumnya (Di Vito-Thomas, 2005).
5.2 Keterampilan Interpersonal
Keterampilan ini dibutuhkan untuk terwujudnya tindakan keperawatan yang efektif. Perawat membangun hubungan kepercayaan, menunjukkan perhatian dan berkomunikasi dengan jelas. Komunikasi interpersonal yang baik sangat penting untuk memberikan informasi, pengajaran, dan dukungan pada klien dengan kebutuhan emosional.
5.3 Keterampilan Psikomotor                                            
Keterampilan psikomotor membutuhkan integritas antara aktivitas kognitif dan motorik. Sebagai contoh, saat melakukan penyuntikan, perawat harus memahami anatomi dan farmakologi (kognitif), serta menggunakan koordinasi dan presisi untuk melakukan penyuntikan dengan tepat (motorik). Keterampilan ini sangat penting untuk membangun kepercayaan klien.
1.      6.        Perawatan Langsung
Perawat menyediakan berbagai bentuk perawatan langsung, yaitu penanganan yang dilakukan melalui interaksi dengan klien. Cara interaksi perawat akan menentukan keberhasilan perawatan langsung tersebut. Seluruh perawatan langsung membutuhkan praktik yang kompeten dan aman.
6.1 Kegiatan Harian
Kegiatan harian merupakan kegiatan yang dilakukan pada hari biasa, termasuk mobilitas, makan, berpakaian, mandi, menggosok gigi, dan mengurus diri. Beberapa klien cenderung membutuhkan bantuan dalam kegiatan harian. Saat hasil pengkajian memperlihatkan bahwa klien sedang mengalami kelelahan, keterbatasan mobilitas, kebingungan, dan nyeri, maka sangat mungkin mereka membutuhkan bantuan kegiatan harian.
6.1.1 Kegiatan Harian Instrumental
Kegiatan harian instrumental meliputi aktivitas seperti berbelanja, menyiapkan makanan, menulis cek pembayaran, dan mengkonsumsi obat harian. Perawat pada lingkungan rumah dan komunitas sering membantu klien dalam beradaptasi dengan kegiatan harian instrumental.
6.2 Teknik Perawatan Fisik
Teknik perawatan fisik rutin dilakukan saat merawat klien. Contohnya adalah mengganti posisi, melakukan prosedur invasive, memberikan obat, dan meningkatkan rasa nyaman bagi klien. Teknik fisik melibatkan pelaksanaan prosedur keperawatan (memasang kateter urine, latihan gerak, dan penyuntikan) secara aman dan kompeten. Metode umum untuk melakukan teknik perawatan fisik yaitu: melindungi diri dan klien dari cedera, menerapkan praktik pengendalian infeksi, mengorganisasi klien, dan mengikuti pedoman praktik.
6.3 Tindakan Penyelamatan Jiwa
Tindakan penyelamatan jiwa merupakan teknik perawatan fisik yang digunakan saat kondisi fisiologis atau psikologis klien berada dalam ancaman. Tujuan tindakan penyelamatan jiwa adalah mengembalikan keseimbangan fisiologis atau psikologis. Tindakan ini dapat berupa pemberian obat darurat, resusitasi jantung paru, intervens untuk melindungi klien yang kasar atau kebingungan, dan memperoleh konseling segera dari sentra krisis bagi klien dengan ansietas berat. Jika perawat yang belum berpengalaman menghadapi keadaan darurat, tindakan keperawatan yang tepat adalah memanggil professional yang berpengalaman.
6.4 Konseling
Konseling merupakan metode pelayanan langsung yang membantu klien menggunakan proses pemecahan masalah untuk mengenali dan menangani stress dan memfasilitasi hubungan interpersonal. Konseling melibatkan dukungan emosional, intelektual, spiritual, dan psikologis.
6.5 Pengajaran                                   
Pengajaran merupakan tanggung jawab penting bagi perawat yang penting. Konseling berhubungan erat dengan pengajaran. Keduanya melibatkan keterampilan berkomunikasi untuk menciptakan perubahan pada klien. Perawat mengajar untuk memberikan prinsip, prosedur, dan teknik layanan kesehatan yang benar dan menginformasikan klien tentang status kesehatan mereka. Contoh umum dari topik pengajaran adalah jadwal pemberian obat, pembatasan aktivitas, kegiatan promosi kesehatan (misalnya: diet dan olahraga), dan pengetahuan tentang penyakit dan implikasinya.
6.6 Mengendalikan Reaksi Negatif
Reaksi negatif merupakan efek yang berbahaya dan tidak disengaja dari suatu obat, pemeriksaan diagnostic, atau intervensi terapeutik. Reaksi negatif dapat terjadi setelah berbagai intervensi keperawatan. Oleh karena itu, selalu melakukan antisipasi dan ketahui reaksi yang dapat terjadi. Tindakan keperawatan dalam mengendalikan reaksi negatif bertujuan menurunkan atau melawan reaksi tersbut.
Saat memberikan intervensi yang diinstruksikan oleh dokter (misalnya: pemberian obat). Perawat harus mengetahui efek samping obat tersebut. Setelah pemberian obat, perawat mengevaluasi klien untuk melihat adanya reaksi negatif. Perawat mencatat reaksi tersebut, menghentikan pemberian obat selanjutnya, dan berkonsultasi dengan dokter. Perawat harus mengenali tanda dan gelaja dari suatu reaksi negative dan memberikan intervensi pada waktu yang tepat.
6.7 Tindakan Preventif
Tindakan keperawatan preventif mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit untuk menghindari kebutuhan pelayanan akut atau rehabilitatif. Pencegahan meliputi pengkajian dan promosi potensi kesehatan klien, pemberian tindakan yang diresepkan (contoh: imunisasi), pengajaran kesehatan, dan identifikasi faktor resiko dari suatu penyakit dan/atau trauma.
1.      7.    Perawatan Tidak Langsung
Perawatan tidak langsung merupakan tindakan yang mendukung efektifitas intervensi perawatan langsung (Dochterman dan Bulechek, 2003).
7.1 Mengkomunikasikan Intervensi Keperawatan
Setiap intervensi yang dilakukan akan dikomunikasikan dalam bentuk tertulis maupun lisan. Perawat akan mengkomunikasikan intervensi keperawatan secara lisan kepada professional kesehatan lainnya. Komunikasi harus bersifat tepat waktu dan akurat karena dapat terjadi kesalahan informasi, penggandaan intervensi, penundaan prosedur, atau tidak terlselesaikannya suatu tugas akibat kesalahan komunikasi.
7.2 Mendelegasikan, Mengawasi, dan Mengevaluasi Pekerjaan Anggota Staf Lainnya
Sesuai dengan sistem asuhan keperawatan, perawat yang menyusun rencana keperawatan tidak melakukan seluruh intervensi keperawatan tersebut. Beberapa aktivitas akan dikoordinasi dan delegasikan kepada anggota tim kesehatan lainnya. Saat pendelegasian, perawat yang memberikan tugas memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap tugas dilaksanakan dengan tepat dan sesuai dengan standar pelayanan. Perawat juga memiliki tanggung jawab untuk mendelegasikan intervensi kepada personel yang kompeten secara langsung.
7.3 Mencapai Tujuan Klien                      
Implementasi asuhan keperawatan bertujuan memenuhi tujuan klien dan hasilnya. Menetapkan prioritas juga penting dalam kesuksesan proses implementasi. Prioritas akan membantu anda mengantisipasi dan mengurutkan intervensi keperawatan pada klien yang memiliki banyak diagnosis keperawatan dan masalah kolaboratif. Cara lain untuk mencapai tujuan adalah membantu klien tetap patuh pada rencana terapinya.

1 komentar: